Minggu, 10 April 2016

SPK (SDLC)

System development life crcyle
Dari Kebanyakan software developer menganggap pengembangan software adalah sebatas melakukan coding menggunakan bahasa pemrograman tertentu. Padahal, coding adalah salah satu langkah dalam sebuah metodelogi pengembangan software, yang dikenal dengan istilah Systems Development Life Cycle (SDLC). Tanpa memahami SDLC, alih-alih menjadi solusi, software yang dihasilkan justru akan menjadi sumber masalah baru di kemudian hari.


Apa itu SDLC? 

Systems Development Life Cycle, atau SDLC (Daur hidup pengembangan sistem) adalah proses yang digunakan oleh analis sistem untuk menggembangkan sistem informasi, mulai dari penentuan kebutuhan, serta model dan metodologi yang digunakan untuk mengembangkan sistem-sistem tersebut. Konsep ini umumnya merujuk pada sistem komputer atau informasi
SDLC berfungsi untuk menggambarkan tahapan-tahapan utama dan langkah-langkah 
dari setiap tahapan yang secara garis besar terbagi dalam tiga kegiatan 
utama, yaitu :
a. Analysis
b. Design
c. Implementation

A .ANALYSIS
Dalam tahap analisis ini, digunakan oleh analis sistem untuk :
a. Membuat keputusan apabila sistem saat ini mempunyai masalah atau sudah tidak berfungsi secara baik dan hasil analisisnya digunakan sebagai dasar untuk memperbaiki sistem
b. Mengetahui ruang lingkup pekerjaannya yang akan ditanganinya. 
c. Memahami sistem yang sedang berjalan saat ini
d. Mengidentifikasi masalah dan mencari solusinya
B. DESIGN
Dalam tahap perancangan (desgin) memiliki tujuan, yaitu untuk :
a. Mendesain sistem baru yang dapat menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi perusahaan yang diperoleh dari pemilihan alternatif sistem yang terbaik.
C. IMPLEMENTATION
Dalam tahap implementasi memiliki beberapa tujuan, yaitu untuk :
a. Melakukan kegiatan spesifikasi rancangan logikal ke dalam kegiatan yang sebenarnya dari sistem informasi yang akan dibangunnya atau dikembangkannya.
b. Mengimplementasikan sistem yang baru.
c. Menjamin bahwa sistem yang baru dapat berjalan secara optimal.
 Langkah-langkah dalam SDLC
1. Studi kelayakan.
Dilakukan oleh software developer dengan mempelajari konsep sistem yang diinginkan oleh pihak manaje-men, apakah sistem baru tersebut realistis dalam masalah pembiay-aan, waktu, serta perbedaan dengan sistem yang ada sekarang. Biasanya, dalam tahap ini diputuskan untuk meng-update sistem yang ada, atau menggantinya dengan yang baru.
2. Analisis.
Pengguna dan software developer bekerja sama mengumpulkan, mempelajari, dan merumuskan kebutuhan-kebutuhan bisnis.
3. Desain.
Pada langkah ini dilakukan pembuatan blueprint sistem. Di dalamnya termasuk penyesuaian dengan arsitektur telekomunikasi, hardware, dan software untuk pengembangan lebih lanjut, serta membuat model sistem menciptakan model graphical user interface (GUI), database, dan lain-lain.
4. Pengembangan.
Di sini, barulah para programmer melakukan coding untuk mene-rapkan desain ke dalam sistem yang sesungguhnya, membuat program, dan menyiapkan database.
5. Pengujian.
Setelah sistem berhasil dikembang-kan, langkah selanjutnya adalah pengujian untuk melihat apakah sis-tem telah sesuai dengan harapan dan kebutuhan pengguna. Dalam tahap ini, juga dilakukan debugging dan penyesuaian-penyesuaian akhir.
6. Implementasi.
Pada tahap ini, software yang telah diuji siap diimplementasikan ke dalam sistem pengguna. Pembuatan user guide dan pelatihan juga dilaku-kan dalam tahap ini.
7. Perawatan.
Perawatan dimaksudkan agar sistem yang telah diimplemantasikan dapat me ngikuti perkembangan dan pe-rubahan apapun, yang terjadi guna meraih tujuan penggunaannya. Help desk untuk membantu pengguna, serta perubahan yang dianggap pent-ing dapat dilakukan terhadap sistem dalam tahap ini.


 Latar Belakang

Teknologi perkembangan Web semakin berkembang, baik dari sisi teknologi maupun
dari sisi user. Transaksi penjualan dan pembelian kini tidak hanya dilakukan secara lansung, seperti bertemu pembeli dan penjual dalam satu tempat, namun dengan adanya Web atau dikenal dengan Web site bisnis transaksi dapat dilakukan secara online. Contoh situs yang menggunakan transaksi penjualan dan pembelian secara online adalah www.amazon.com dan situs pelelangan www.ebay.com Dalam membangun sistem informasi Web, yang menjadi kendala dalam metodologi yang akan digunakan adalah tidak diketahui karateristik dari user dan jumlah user yang luas dan tersebar di seluruh dunia. Perbedaan dan pemahaman skill dari user, kemudian teknologi dan bahasa dari user menjadi masalah tersendiri dalam membangun sistem informasi Web . Dalam paper ini dipaparkan tahap –tahap atau teknik yang digunakan untuk membuat system informasi web. Dalam tahapan selanjutnya dibahas tentang kendala dalam sistem informasi. Tahapan selanjutnya perbandingan metodologi dalam membangun sistem informasi Web serta metodologi yang diusulkan dalam membangun sistem informasi Web.
 METODE
Pengembangan Metodologi untuk Sistem informasi Web dalam project ini berdasarkan banyak literature, tahapan dalam methodology ini sama dengan SDLC (Sistem Development Life Cycle) dan berfokus pada metode dan teknis yang digunakan Tahapan SDLC dalam pengembangan sistem informasi Web :
1. Planning
2. Analisa
• Analisa Teknologi
• Analisa Informasi
• Analisa User
• Update Informasi atau update teknologi ( Maintenance )
3. Desain
•Desain Informasi •Database Design
•Desain Grafik •PHP Library Development
•Database Application •Model Development
4. Implementasi
•Desain Review •Pemilihan Sumber daya Hardware, Software
•Penulisan Program dan Instalasi •Pengujian Web dan Dokumen Web


Struktur Metodologi SDLC dalam pengembangan sistem informasi Web



Usulan Perkembangan Metodologi SDLC Untuk Sistem Informasi Web

Tahap Planning
Dalam tahap ini sama dengan tahap SDLC yaitu terdapat tahapan [4] :
•Feasibility yaitu keberadaan dari legalitas, organisasi, teknik, dan ekonomi
•Sistem Investigasi berupa wawancara, observasi, quesioner. Dalam tahapan ini jika tahap feasibility hasilnya baik, maka ke tahap investigasi dalam tahap ini, client diberikan sebuah form yang nantinya form ini dapat digunakan untuk mencatat kebutuhan dari client.






 Tahap Analisa.
Pada tahap ini dibagi menjadi beberapa langkah [ 3] :
•Analisa Teknologi , teknologi yang digunakan, pemilihan desain Web, desain grafis.
•Analisa Informasi, mengenai informasi static dan informasi dinamis yang digunakan
•Analisa User, Kategori user yang digunakan dalam sistem informasi Web.
•Analisa Biaya dan Resiko

Dalam tahap analisa menggunakan metoda prototype yang akan dilakukan iterasi oleh user, dan penggunaan dokumen disetiap iterasi untuk memudahkan dalam pengembangan kemajuan yang telah dilakukan oleh user. Prototype [6] adalah proses membangun sebuah sistem dalam sebuah model. Dalam
pengertian sistem informasi prototype digunakan untuk membantu sistem desain yang akan dibangun sistem informasi secara intitusi dan mudah diubah untuk end user, prototype merupakan bagian dari proses iterative phase membuka halaman yang ingin ditampilkan. Hal ini berkaitan dengan bandwidth yang dimiliki oleh user. Umumnya user akan meninggalkan Web tersebut jika membutuhkan instalasi dan download untuk membuka sebuah situs.

Tahap Desain
Pada tahap desain dapat dibagi menjadi 2 hal yaitu :
•Tahap Desain Informasi
•Tahap Desain Grafik Jika sistem informasi Web menggunakan database maka dibagi menjadi beberapa tahap, yaitu :
•Model Development
•Desain Database
1.Tahap Desain Informasi

Tahap informasi, seperti desain dari set hyperlink-link halaman Web. Atau juga struktur desain dari database dan proses dari data. Dalam tahap ini dihasilkan dalam bentuk diagram yang menggambarkan informasi dalam bentuk hierarki.

2.Tahap Desain Grafis
Dalam tahap Desain grafik diperlukan kesesuaian dari [8] :
•Warna
•Layout ( tampilan )
•Gambar dan graphic
Semuanya menjadi kesatuan agar terlihat menarik. Tidak lupa menambahkan logo perusahaan . Dalam tahap desain, dilakukan iterasi dengan user mengenai tampilan desain yang akan dibuat. User akan mengikuti perkembangan project dan permintaan user yang berubah – ubah dapat dihindari ditahap ini.

3.Model Development
Merupakan model yang akan digunakan sebagai arsiteketur sistem. Model ini menggambarkan relationship (hubungan) dari sistem keseluruhan, antara semua fungsi dalam module yang terpisah, perubahan atau perpindahan data dari module dalam sistem.

4.Desain Database
•Diskon harga
•Update informasi tentang produk yang dijual. Terdaftar dalam search engine.
Metoda yang praktis dan cepat untuk mengenalkan situs. Dapat melalui Google, Yahoo atau MSN dapat juga mengikuti mailing list, link dalam Website lain .
 Tahap Implementasi
Dalam tahap terakhir ini menjadi beberapa langkah yaitu [3] :
•Desain Review
•Pemilihan Sumber daya Hardware, Software
•Penulisan Program dan Instalasi
•Pengujian Web dan Dokumen Web
•Update Informasi atau update teknologi ( Maintenance )

>3.Studi Kasus
Dalam kasus ini mengambil studi kasus
perusahaan handphone yang ingin meluaskan
pangsa pasarnya, dengan cara pembelian HP
dilakukan dengan online atau lewat internet.
Dalam merancang sistem ini maka akan
dilakukan metodologi yang telah diusulkan
dalam sistem informasi web.
Dalam metodologi ini terdapat beberapa tahapan:
1. Planning
2. Analisa
· Analisa Teknologi
· Analisa Informasi
· Analisa User
· Analisa Biaya dan Resiko
3. Desain
· Desain Informasi
· Desain Grafik
· Database Application
· Model Development



3.1 Planning
Diasumsikan feasibility dalam
perusahaan tersebut lengkap, seperti keabsahan
dari perusahaan dari segi hukum, kemajuan
perusahaan tersebut dari segi ekonomi, struktur
organisasi yang ada, visi dan misi perusahaan.
Setelah hal tersebut dipenuhi maka masuk ke
tahap selanjutnya yaitu sistem investigasi
Dalam sistem investigasi, dapat berupa
wawancara, kuosiener atau observation. Dalam
tahap ini hal yang pertama dilakukan adalah
memberikan form ke user yang digunakan untuk
mengetahui permintaan user. Diasumsikan user
telah mengisi form tersebut, dan salah satu
contohnya sebagai berikut:



Service yang digunakan


3.2 Analisa User
Dalam tahap ini mengidentifikasi
kategori user yang akan melihat sistem yang
akan dibuat. Hasil akhirnya adalah menambah
user yang online dalam situs yang dibuat.untuk
semua kategori user. Dalam tahap analisa ini
dikategorikan user:
- User yang tidak memahami
teknologi web dapat
menjelajah isi web yang ada
tanpa ada kesulitan
- User yang sudah paham dalam
teknologi web akan selalumengunjungi situs, untuk
mengetahui informasi dalam
web tersebut.
- Semua user akan mudah
melakukan pencarian dalam
produk yang dicari.
3.3 Database Desain
Merupakan tahap dalam memodelkan
desain database atau desain table, hubungan
antara table, atau pula normalisasi table.
Contoh :
Tabel 3. Ilustrasi Database Desain


4.Kesimpulan
1. Metodologi yang diusulkan
dalam pengembangan sistem Web
berasal dari banyak literatur tentang tips
dan trik dalam merancang Web site,dan artikel mengenai sukses dan
gagalnya dalam merancang Web site.
2. Dengan metodologi ini
diharapkan akan mengambil user –user
baru dan akan selalu melihat Web site,
dengan selalu mengupdate informasi
dan tampilan desain dibuat baik dan
cepat dalam menjalankan Web site.
3. Pengembangan metodologi ini
menganalisa sistem informasi Web
secara umum, domain dengan kasus
tertentu dapat disesuaikan dibagian
analisa, seperti e-commerce, elearning
atau yang lainnya dan untuk
analisa dengan domain tersebut
memerlukan studi literatur tersendiri.




Minggu, 03 April 2016

Studi Kasus Penerapan Sistem Pengambilan Keputusan Dengan AHP ( Analytic Hierarchy Process )

Penerapan Metode Analytic Hierarchy Process (AHP)
Untuk Sistem Pedukung Keputusan

( Studi Kasus: Penentuan Kawasan Hutan Konservasi)

2.1. Pengusulan dan Penetapan Kawasan Hutan Konsaervasi

Pengusulan dan Penetapan Hutan Konservasi di Indonesia dilakukan melalui serangkaian proses yang disebut pengukuhan kawasan hutan. Kawasan Konservasi sendiri mencakup Kawasan Pelestarian Alam (Taman Nasional, Taman Wisata Alam, Taman Hutan Raya), Kawasan Suaka Alam (Cagar Alam, Suaka Margasatwa) dan Taman Buru. Pengukuhan kawasan hutan merupakan rangkaian kegiatan penunjukan, penataan batas, dan penetapan kawasan hutan. Penunjukkan dan penetapan kawasan hutan konservasi ini menjadi kewenangan Menhut yang dituangkan dalam Surat Keputusan (SK) Menteri Kehutanan (PP Nomor 28, 2011).

2.2   Konsep Dasar SPK

Sistem Pendukung Keputusan (Decision Support System) merupakan sistem berbasis komputer interaktif yang membantu para pengambil keputusan untuk menggunakan data dan berbagai model untuk memecahkan masalah-masalah tidak terstruktur (Gorry dan Scott Morton, 1971). Sistem Pendukung Keputusan(SPK) memadukan sumber daya intelektual dengan individu dengan kapabilitas komputer untuk meningkatkan kualitas keputusan (Alessio dan Ashraf, 2011).

2.3. Konsep Dasar Metode AHP

AHP merupakan pendekatan dasar untuk pengambilan keputusan. Dalam proses ini pembuat keputusan menggunakan Pairwise Comparison yang digunakan untuk membentuk seluruh prioritas untuk mengetahui ranking dari alternatif (Jayanath dan Garmini, 2003).

Metode ini dikembangkan oleh Thomas L., Saaty ahli matematika yang dipublikasikan pertama kali dalam bukunya The Analytical Hierarchy Process tahun 1980.

AHP merupakan alat pengambil keputusan yang menguraikan suatu permasalahan kompleks dalam struktur hirarki dengan banyak tingkatan yang terdiri dari tujuan, kriteria, dan alternatif.

Peralatan utama dari model ini adalah sebuah hirarki fungsional dengan persepsi manusia sebagai input utamanya. Aksioma-aksioma pada model AHP :

1.        Resiprocal Comparison, artinya pengambil keputusan harus dapat membuat perbandingan dan menyatakan preferensinya. Preferensi tersebut harus memenuhi syarat resiprocal yaitu kalau A lebih disukai daripada B dengan skala x, maka B lebih disukai daripada A dengan skala 1/x.

2.        Homogenity, artinya preferensi seseorang harus dapat dinyatakan dalam skala terbatas atau dengan kata lain elemen-elemennya dapat dibandingkan satu sama lain. Kalau aksioma ini tidak terpenuhi maka elemen-elemen yang dibandingkan tersebut tidak homogeneity dan harus dibentuk suatu ‘cluster

(kelompok elemen-elemen) yang baru.

3.        Independence, artinya preferensi dinyatakan dengan mengasumsikan bahwa kriteria tidak dipengaruhi oleh alternatif-alternatif yang ada melainkan oleh obyektif keseluruhan. Ini menunjukkan bahwa pola ketergantungan dalam AHP adalah searah ke atas, artinya perbandingan antara elemen-elemen pada tingkat di atasnya.

4.        Expectation, artinya untuk tujuan pengambilan keputusan, struktur hirarki diasumsikan lengkap. Apabila asumsi ini tidak dipenuhi maka pengambil keputusan. Memutuskan tidak memakai seluruh kriteria dan atau obyektif yang tersedia atau diperlukan sehingga keputusan yang diambil dianggap tidak lengkap.

3.       Metodologi

Sistem pendukung keputusan dibangun menggunakan metode AHP. Prosedur dalam menggunakan metode AHP terdiri dari beberapa tahap yaitu (Jayanath dan Garmini, 2003):

1.       Menyusun hirarki dari permasalahan yang dihadapi Penyusunan hirarki yaitu dengan menentukan tujuan yang merupakan sasaran sistem secara keseluruhan pada level teratas. Level berikutnya terdiri dari kriteria-kriteria untuk menilai atau mempertimbangkan alternatif-alternatif yang ada dan menentukan alternatif-alternatif tersebut. Setiap kriteria dapat memiliki subkriteria dibawahnya dan setiap kriteria dapat memiliki nilai intensitas masing-masing.

2.          Menentukan prioritas elemen dengan langkahlangkah sebagai berikut:

a.           Membuat perbandingan berpasangan Langkah pertama dalam menentukan prioritas elemen adalah membuat perbandingan berpasangan, yaitu membandingkan elemen secara berpasangan sesuai kriteria yang di berikan. Untuk perbandingan berpasangan digunakan bentuk matriks. Matriks bersifat sederhana, berkedudukan kuat yang menawarkan kerangka untuk memeriksa konsistensi, memperoleh informasi tambahan dengan membuat semua perbandingan yang mungkin dan menganalisis kepekaan prioritas secara keseluruhan untuk merubah pertimbangan. Untuk memulai proses perbandingan berpasangan, dimulai dari level paling atas hirarki untuk memilih kriteria, misalnya C, kemudian dari level dibawahnya diambil elemen-elemen yang akan dibandingkan, misal A1, A2, A3, A4, A5, maka susunan elemen-elemen pada sebuah matrik.

Tabel 1. Matriks Perbandingan Berpasagan



KPA
KSA
TB

KPA

1



KSA


1


TB



1







b.     Selanjutnya mengisi matrik perbandingan berpasangan yaitu dengan menggunakan bilangan untuk merepresentasikan kepentingan relatif dari satu elemen terhadap elemen lainnya yang dimaksud dalam bentuk skala dari 1 sampai dengan 9. Skala ini mendefinisikan dan menjelaskan nilai 1 sampai 9 untuk pertimbangan dalam perbandingan berpasangan elemen pada setiap level hirarki terhadap suatu kreteria di level yang lebih tinggi. Apabila suatu elemen dalam matrik dan dibandingkan dengan dirinya sendiri, maka diberi nilai 1. Jika i dibanding j mendapatkan nilai tertentu, maka j dibanding i merupakan kebalikkannya. Pada tabel 2 memberikan definisi dan penjelasan skala kuantitatif 1 sampai dengan 9 untuk menilai tingkat kepentingan suatu elemen dengan elemen lainnya.



c.          Sintesis
Pertimbangan terhadap perbandingan berpasangan di sintesis untuk memperoleh keseluruhan prioritas dengan langkah-langkah sebagai berikut:

·       Menjumlahkan nilai-nilai dari setiap kolom pada matriks.

·       Membagi setiap nilai dari kolom dengan total kolom yang bersangkutan untuk memperoleh normalisasi matriks.

·       Menjumlahkan nilai-nilai dari setiap matriks dan membaginya dengan jumlah elemen untuk mendapatkan nilai rata-rata.

·       Mengukur konsistensi.

Dalam membuat keputusan, penting untuk mengetahui seberapa baik konsistensi yang ada, karena kita tidak ingin keputusan berdasarkan pertimbangan dengan konsistensi yang rendah. Karena dengan konsistensi yang rendah, pertimbangan akan tampak sebagai sesuatu yang acak dan tidak akurat. Konsistensi penting untuk mendapatkan hasil yang valid dalam dunia nyata. AHP mengukur konsistensi pertimbangan dengan rasio konsistensi (consistency ratio). Nilai Konsistensi rasio harus kurang dari 5% untuk matriks 3x3, 9% untuk matriks 4x4 dan 10% untuk matriks yang lebih besar. Jika lebih dari rasio dari batas tersebut maka nilai perbandingan matriks di lakukan kembali. Langkahlangkah menghitung nilai rasio konsistensi yaitu:

o Mengkalikan nilai pada kolom pertama dengan prioritas relatif elemen pertama, nilai pada kolom kedua dengan prioritas relatif elemen kedua, dan seterusnya.

 o  Menjumlahkan setiap baris.

 o Hasil dari penjumlahan baris dibagikan dengan elemen prioritas relatif yang bersangkutan.
 o  Membagi hasil diatas dengan banyak elemen yang

  ada, hasilnya disebut eigen value (λmax).
        o  Menghitung indeks konsistensi (consistency index) dengan rumus :

CI = (λmax-n)/n Dimana CI : Consistensi Index

λmax : Eigen Value n : Banyak elemen

o Menghitung konsistensi ratio (CR) dengan rumus: CR=CI/RC Dimana :

CR : Consistency Ratio CI : Consistency Index RC : Random Consistency

Matriks random dengan skala penilaian 1 sampai 9 beserta kebalikkannya sebagai random consistency (RC). Berdasarkan perhitungan saaty dengan menggunakan 500 sampel, jika pertimbangan memilih secara acak dari skala

1/9, 1/8, … , 1, 2, … , 9 akan diperoleh rata-rata konsistensi untuk matriks yang berbeda seperti tabel dibawah ini.
3.1.  Tahap Perhitungan AHP Penentuan Kriteria Hutan Konservasi.

Sistem pendukung keputusan penentuan kriteria hutan konservasi menggunakan 3 faktor kriteria yaitu

-          Kawasan Pelestarian Alam

-          Kawasan Suaka Alam, dan

-          Taman Baru

Ketiga kriteria kemudian yang disusun dalam sebuah hierarki. Masing - masing kriteria diberi bobot dengan melakukan matriks perbandingan berpasangan antar kriteria. Alternatif pemilihan juga diberi bobot dengan melakukan perbandingan berpasangan. Dari ketiga faktor kriteria dilakukan penilaian pada masing-masing kandidat hutan dengan menggunakan model AHP sehingga didapatkan nilai total pada masing-masing alternatif. Alternatif dengan nilai terbesar merupakan alternatif terbaik dalam penetuan kriteria hutan konservasi Berdasarkan faktor kriteria.

Langkah-Langkah Pemiliahan

a. Menetukan Tujuan, Alternatif keputusan dan Kriteria 1. Tujuan : Penentuan Kriteria Hutan konservasi.

2.       Alternatif Keputusan.


Tabel 4. Alternatif
Keputusan

Kandidat

Nama Kandidat

Ka. 1

Hutan A





Ka. 2

Hutan B





Ka. 3

Hutan C





3.
Kriterian penetuan



Tabel 5. Kriteria Penetuan


Kriteria
Nama Kriteria


KPA
Kawasan Pelestarian Alam






KSA
Kawasan Suaka Alam






TB
Taman Buru




a.
Membuat Pohon Hierarki

Berdasarkan faktor kriteria dan alternatif pada masing-masing kriteria tersebut maka dapat digambarkan urutan hirarkinya seperti pada gambar 1 diabwah ini.



-     Menjumlahkan nilai elemen setiap kolom matriks (tabel 6).


Tabel  7.  Penjumlahan  Kolom  Matriks  Perbandingan

Berpasangan
-        Membagi setiap elemen pada kolom Tabel 6 dengan

jumlah perkolom yang sesuai untuk mengisi tabel rata rata (1/8=0.1250, 4/8=0.5000, 3/8=0.3750) dan seterusnya.

-        Menghitung nilai prioritas kriteria dengan cara menjumlahkan tiap baris dan hasilnya dibagi dengan banyaknya elemen (n=3). (0.1250+0.5000+0.3750/3) dari hasil rata rata matriks diatas maka di peroleh nilai eigen vektor.

Tabel 8. nilai eigen vektor











b.  Matriks A perbandingan berpasangan

Setelah disusun hirarki dari permasalahan yang dihadapi langkah selanjutnya yaitu membuat perbandingan berpasangan. Untuk membuat perbandingan berpasangan di gunakan bentuk matriks, sehingga dari susunan hirarki diatas maka matriks perbandingan berpasangan dari kriteria dan masing-masing alternatif kriteria dapat dibentuk seperti tabel dibawah ini

Tabel 6. Matriks A Perbandingan Berpasangan














c.  Mencari rata rata kriteria

Setelah nilai-nilai elemen matriks diketahui maka langkah selanjutnya adalah menghitung nilai prioritas tiap kriteria, dengan langkah-langkah sebagai berikut:













d.    Perhitungan Consistensi Ratio (CR)

Setelah didapatkan nilai prioritas untuk masing-masing kriteria, selanjutnya memeriksa konsistensi perbandingan antar kriteria tersebut dengan langkah-langkah sebagai berikut:

§   Mengalikan elemen pada kolom matriks Tabel 6 dengan nilai eigen vektor dengan rumus (Matriks A x W).

§   Hasil perkalian tersebut kemudian dijumlahkan pertiap baris untuk menetukan vektor jumlah tertimbang (Weighted Sum Vector).
§   Untuk menghitung Vector Consostensi (VC), Hasil tiap baris tersebut dibagi dengan nilai eigen vektor.

§   Mencari Eigen Value (λmax) dengan cara menjumlahkan jumlah tiap baris di bagi prioritas yang bersesuaian (pada langkah 3), kemudian bagi dengan banyak elemen (n=3).

λmax =
Konsistensi / n

λmax =
3.006 + 3.030 + 3.019
= 9.055

3
3
=     3.018295564

§    Menghitung indeks konsistensi (consistency index) dengan rumus :

CI = (λmax-n)/n-1 Dimana

-      CI : Consistensi Index

-      λmax : Eigen Value
-      n : Banyak elemen

CI = 3.018295564 3
= 0,009
3 - 1


-       Menghitung rasio konsistensi dengan rumus: CR=CI/RC Dimana

-      CR : Consistency Rasio

-      CI : Consistency Index
-      RC : Random Consistency

Random Consistensi adalah fungsi langsung dari jumlah alternatif atau sistem yang sedang diperbandingkan. Random consistensi disajikan pada tabel 3 diatas.

CR = 0,009=
0,016
0,58


Nilai consistensi ratio (CR) diperoleh ≤ 0,1 atau kurang 10% maka matriks diatas dinyatakan konsisten.

Setelah nilai consistency rasio di peroleh, maka dilakukan langkah-langkah selanjutnya adalah menghitung nilai kriteria tiap kandidat hutan untuk masing-masing kriteria untuk mendapatkan prioritas global pada masing masing kandidat hutan. Hasil akhirnya ditampilkan pada tabel dibawah ini:
  Tabel 10 : Nilai tertinggi dan terendah untuk masing-masing kandidat hutan


HUTAN A
HUTAN B
HUTAN C

0.0295
0.0673
0.0258

0.3585
0.1576
0.0411

0.2195
0.0299
0.0709
Tabel diatas menghasilkan nilai untuk masing-masing kandidat hutan dan nilai tertinggi merupakan nilai keputusan. Jadi, berdasarkan simulasi melalui metode AHP diperoleh informasi bahwa dari ketiga kandidat hutan, maka kandidat hutan A adalah yang layak . Hal ini dikarenakan memiliki nilai yang paling tinggi dari ketiga kandidat hutan yang diberikan, yaitu 0,3585.
 4.  Rancangan Proses

Digram konteks untuk perancangan proses dengan menggunakan Data Flow Diagram (DFD). Selanjutnya dari diagram konteks dikembangkan DFD level 1 untuk mendapatkan diagram yang menggambarkan identifikasi proses utama pada sistem seperti ditunjukkan pada gambar 2.




- Username






- Password






- Kriteria






- Alternatif kandidat






- Nilai Matriks Kriteria
0


User




Sistem AHP







Kawasan Hutan







konservasi





















- Hasil Analisis





















Gambar 2. Diagram konteks Level O

Dari Diagram Konteks diatas, Proses 0 dapat dijabarkan menjadi proses yang lebih kecil. Proses 0 dibagi lagi ke dalam 3 proses. Proses tersebut dapat dilihat pada gambar 3 DFD Level 1.























Gambar 3. DFD Level 1 Proses 0

Dari DFD Level 1 Proses 0 diatas terdapat 5 proses utama. Kelima proses ini merupakan proses yang sangat penting karena merupakan inti dari proses penentuan kawasan hutan konservasi dengan metode AHP.

5.  Desain layout Antarmuka Pemakai

Antarmuka pemakai (user interface) berfungsi sebagai aspek penguhubung, yakni menjembatani user dengan sistem/program. Interface sangat penting untuk operasional sistem dan memudahkan manajemen dalam menggunakan sistem penunjang keputusan. Interface harus dibuat user friendly karena pemakai akhir dari sistem penunjang keputusan, memiliki keterbatasan pengalaman mengenai seluk beluk komputer, baik dari sisi perangkat keras maupun perangkat lunaknya (Qashlim, 2014).
Sebuah interface mencakup perpaduan antara perangkat lunak dan perangkat keras yang digunakan sebagai fasilitas untuk berkomunikasi dan berinteraksi antara para pemakai dengan komputer (Turban & Aronson, 1998). Interface memegang peranan yang sangat penting dalam menyampaikan dan mendistribusikan sebuah informasi secara jelas dan mudah untuk dipahami. Interface sistem pendukung kepurtusan untuk mengidentifikasi pemilihan kawasan hutan konservasi dengan metode AHP digambarkan ke dalam bentuk tampilan menu utama. Sebelum masuk ke dalam bentuk tampilan utama, user harus memasuki bentuk tampilan menu login.

Tampilan login merupakan tampilan awal dari sitem pendukung keputusan penentuan kawasan hutan konservasi dengan metode AHP Pada tampilan login terdapat form untuk memasukkan username dan password, kemudian tombol login serta tombol logout. Tampilan dapat dilihat dalam gambar 4.



Apabila pengguna sistem memasukkan username dan password dengan benar maka pengguna berhasil login, dengan demikian akan masuk ke halaman utama dari sistem pendukung keputusan penentuan kawasan hutan konservasi. Adapun bentuk tampilan dari halaman utama sistem sebagai berikut:
Selain layout halaman utama terdapat juga layout menu kriteria yang bersifat dinamis, sehingga dapat dirubah sesuai kebutuhan. Layout menu kriteria dapat dilihat pada gambar 6.


6.  Kesimpulan


Sistem pendukung keputusan untuk pemilihan kawasan hutan konservasi bisa di jadikan salah satu dasar pengambilan keputusan dalam proses penentuan hutan konservasi. Proses perhitungan dalam metode AHP mampu mendukung keputusan hingga terpilihnya satu kandidat dan dapat dipertanggungjawabkan. Sebagai mana halnya model sistem pendukung keputusan, Untuk menentukan kawasan hutan konservasi terdapat beberapa pertimbangan kriteria, dan Sistem ini dibangun melalui aturan baku penentuan kawsan hutan konservasi sehingga aplikasi ini dapat membantu dan memberikan alternatif untuk penentuan kawasan hutan konservasi, namun kebijakan dan penilaian dikembalikan kepada instansi pengambil keputusan sebagai pihak bertanggungjawab dalam pelaksanaan. Adapun analisis kriteria dan alternatif hanya diterapkan untuk penentuan kriteria hutan konservasi selama penyelesaian dilakukan dengan metode
AHP.